Minggu, 30 Oktober 2011

JENIS-JENIS ROH GAIB YANG DIKENAL DI TERNATE

Di dearah ini, masyarakat tradisional mengenal beberapa jenis nama roh gaib yang dapat dipakai sebagai sahabat, diantaranya;
1.  Wonge
2.  Jin
3.  Meki (Lobi-Lobi)
4.  Caka (Suwanggi)
5.  Puntiana (Kuntilanak)
6.  Giki,  dan
7.  Mancia Moro, (Manusia Gaib, bukan roh gaib)
Para roh gaib ini dijadikan sahabat dengan ketentuan si pemilik (pelaku yang telah bersahabat dengan roh gaib) harus dapat memenuhi tuntutan roh gaib tersebut, antara lain menyediakan tempat untuk roh gaib jenis Wonge ini yang biasa disebut “Fala Wonge” di salah satu sudut di dalam / luar rumah atau di sekitar tempat tinggalnya.  (Lihat Gambar) Pemilik Fala Wonge ini pada saat tertentu wajib menyediakan sesajen yang dibutuhkan pada saat-saat tertentu . Apabila si pemilik menghendaki sesuatu bantuan kekuatan atau pengobatan dari roh gaib, maka ia harus melaksanakan upacara ritual dengan menyajikan sesajen yang telah ditentukan.  (Bahasan tentang ini akan kupas kemudian dengan artikel yang berjudul; “WONGE, Tradisi Ritual Pemujaan Roh Gaib”).
Roh gaib berupa Jin ini oleh masyarakat tradisional Ternate juga pemahamannya sama dengan yang diyakini di daerah-derah lain di Nusantara ini. Sedangkan yang dimaksud dengan Meki adalah roh gaib yang sejenis dengan Wonge, hanya Meki biasanya selalu meminta imbalan tumbal nyawa manusia, sehingga lebih mengarah pada “Ilmu Hitam“. Istilah lain untuk Meki adalah Lobi-Lobi. Lobi dalam bahasa Ternate berarti “kabut, pengertiannya adalah bahwa kadang-kadang orang awam yang secara tidak sengaja sering melihat penampakan Meki ini, misalnya di pohon besar, di dalam goa, atau tempat-tempat mistis lainnya. Menurut kepercayan masyarakat tradisional di Ternate, bahwa roh gaib jenis Wonge, Jin dan Meki memiliki komuntas gaib tersendiri di dunianya seperti komunitas manusia di dunia nyata, mereka juga memiliki desa, kota, pasar, bahkan kendaraan, namun dalam bentuk gaib.
Sedangkan Caka adalah salah satu jenis roh gaib yang berada dan tidak jauh dari lingkungan dan dan bahkan berada dalam kehidupan manusia. Caka adalah bahasa asli Ternate, sedangkan istilah terhadap roh gaib yang jahat ini juga sering disebut dengan “Suwanggi“, bahkan lebih populer istilah ini dari pada Caka.  Secara harafiah, saya belum mendapatkan pengertian kata ini hingga menjadi istilah yang masih tetap populer di masyarakat Ternate hingga saat ini.  Selama ini, Caka biasanya melakukan penampakan dengan dua cara, yaitu pertama melaui penampakan di tempat-tempat tertentu di sekitar lingkungan tempat tinggal bahkan di dalam rumah sekalipun. Cara yang kedua adalah dengan merasuki ke dalam raga seseorang sehingga orang tersebut dengan tanpa sadar melakukan hal-hal diluar kesadarannya. Biasanya jiwa orang-orang yang tamak, pendendam, jiwa yang sedang hampa dan bermacam macam lainnya sering dirasuki Caka ini. Dan biasanya pula roh jahat tersebut menempati raga seseorang tersebut secara terus-menerus pada saat-saat tertentu, sehingga orang sekampung pasti mengetahui bahwa yang bersangkutan adalah “Caka”.
Jiwa yang dirasuki oleh Caka ini kebanyakan kaum wanita, namun ada juga beberapa kaum lelaki yg juga menjadi pelanggan roh jahat ini dan bahkan lebih jahat lagi Caka perempuan. Caka laki-laki biasanya lebih “Tomole” (sadis) daripada caka perampuan. Sasaran yang dijadikan obyek yang sering diganggu oleh Caka ini adalah, bayi yang baru dilahirkan, karena menurut masyarakat Ternate, bayi yang baru lahir adalah makanan empuk dari Caka ini. Selain itu Caka suka mengganggu orang lain yang sedabg tidur, sehingga ybs kadangkala ketakutan sepanjang malam.  Jenis lain dari Roh Jahat yang dikenal di Ternate adalah Puntiana, yang sama seperti di daerah-daerah lain yang dikenal dengan “Kuntilanak“.
Pengertian Giki lebih mengarah pada profil gaib yang lebih tinggi dan lebih mulia dan tidak ada yang bisa menyamainya, yaitu sang pencipta (Tuhan). Dalam bahasa Ternate, Tuhan sang pencipta alam dijuluki dengan istilah “Giki Amoi” (Amoi=hanya satu-satunya, maksudnya Allah yang hanya satu)
Sedangkan Mancia Moro, adalah manusia gaib, saya menyebutnya “Bangsa Moro” memang belum ada orang yang teliti tentang mereka, Keberadan mereka di dunia tidak nyata (gaib), Memang diakui, eksistensi Mancia Moro ini masih simpang siur dan menjadi perdebatan oleh beberapa kalangan. Namun demikian, untuk mendeskripsikan kajian tentang mereka, dalam bentuk tulisan, masih ada jalan lain yaitu, harus dilakukan penelitian tersendiri. Namun demikian ada sebahagian orang-orang di Maluku Utara sana yang tidak percaya dengan eksistensi “Mancia Moro” ini termasuk cerita2 mistis seputar “Bangsa Moro” ini.
Sumber : http://ternate.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar